Isu Blacklist UGM SMA N 1 Sleman (part 2)

ABSTRAK

(RINGKASAN)

Jika sampai detik ini masih ada golongan masyarakat tertentu mengklaim bahwa SMA 1 Sleman di blacklist UGM, maka cobalah untuk meredakan gosip murahan tersebut. Dalam laporan ini sudah jelas, bahwa SMA 1 Sleman tidak di blacklist oleh perguruan tinggi manapun. Jika masyarakat tetap menganggap SMA 1 Sleman di blacklist UGM, maka hal itu merupakan berita terbodoh yang masih mengakar. Seakan-akan pohon yang sudah akan tumbang, tetapi karena diberi air yang banyak, pohon tersebut tak jadi tumbang, kecuali ada kendaran bego untuk menghancurkan pohon tersebut. Seperti itulah perumpamaan gosip SMA 1 Sleman.
Namun, semua warga sekolah harus tetap mengupayakan bagaimana agar SMA 1 Sleman memiliki nama baik yang kembali lagi. Berita bodoh yang tak bisa hilang ini jangan justru dijadikan pematah semangat, tetapi menjadi modal utama untuk lebih maju dan lebih berani tunjukkan ke semua bahwa SMA 1 Sleman tidak tenggelam, tetapi sedang mengambang untuk menuju ke permukaan kembali.
SMA 1 Sleman dapat mencapai target tersebut dengan usaha dan berusaha meyakinkan masyarakat lewat jalur internal, yaitu melalui prestasi-prestasi yang lebih menjuarai dan menguasai perlombaan dan kompetisi. Alasan dalam mengembangkan faktor internal, alasan utamanya adalah karena jalur eksternal sudah ditempuh diantaranya sudah mengundang panitia UGM dan UNY, namun tetap saja masyarakat dan orang luar masih percaya dengan gosip miring tersebut.
Namun SMA 1 Sleman wajib bersyukur, karena pemerintah masih mempercayai SMA 1 Sleman sebagai sekolah rujukan dan sekolah model. Jadi, bukan karena gosip murahan ini membuat pemerintah langsung menarik kesimpulan yang sama, tetapi justru semakin membuat pemerintah semakin mempercayai SMA 1 Sleman.
Kata kunci         :
Blacklist, Berita Terbodoh, Modal Utama, Mencapai Target, Mempercayai
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dari sekian banyaknya isu yang beredar di masyarakat hingga detik ini yang masih sering dibicarakan adalah isu blacklist untuk SMA 1 Sleman. Isu tersebut tidak hanya sebatas isu tetapi memiliki dampak dan efek yang cukup luar biasa untuk daerah eksternal sekolah. Salah satu contoh dampak bagi eksternal sekolah adalah berkurangnya minat masyarakat terhadap SMA 1 Sleman. Sebagai contoh kita dapat melihat bahwa, dari tahun ke tahun rata-rata nilai UN yang masuk ke SMA 1 Sleman semakin menurun. Dari data yang diperoleh sebagai berikut,
Tahun 2014
NAMA SEKOLAH
TERENDAH
TERTINGGI
RATA-RATA
SMA N 1 Sleman
34.85
38.35
35.99
SMA N 1 Depok
34.05
37.75
35.23
SMA N 1 Kalasan
33.35
37.95
35.32
SMA N 1 Godean
34.20
37.55
35.59
Tahun 2015
NAMA SEKOLAH
TERENDAH
TERTINGGI
RATA-RATA
SMA N 1 Sleman
333.50
380.05
353.58
SMA N 1 Depok
347.00
379.00
358.11
SMA N 1 Kalasan
345.50
378.50
359.41
SMA N 1 Godean
352.00
378.50
362.08





Tahun 2016
NAMA SEKOLAH
TERENDAH
TERTINGGI
RATA-RATA
SMA N 1 Sleman
318.50
380.50
342.97
SMA N 1 Depok
342.50
373.00
353.19
SMA N 1 Kalasan
331.50
383.00
350.39
SMA N 1 Godean
342.00
380.05
356.74

Berdasarkan data yang diperoleh dari tahun ke tahun, dapat kita lihat bahwa semakin tahun minat masyarakat semakin menurun terhadap SMA N 1 Sleman dan Anda dapat melihat bahwa SMA 1 Depok dan SMA 1 Kalasan yang dulunya selalu berada di bawah SMA 1 Sleman sekarang justru berada di posisi atas dari SMA 1 Sleman jika kita tilik dari tinggi-rendahnya nem yang masuk ke SMA 1 Sleman.
Dari data kemeresotan tahun ke tahun tersebut membuat kelompok kami ingin meneliti apa saja aspek-aspek yang dilihat masyarakat dari isu blacklist tersebut karena asal usul dari isu tersebut adalah karena tindak kriminalitas yang pernah dilakukan oleh siswa SMA 1 Sleman, siswa tersebut adalah siswa yang tidak diduga-duga melakukan tindak kriminalitas tersebut.
Berbagai isu dan gosip yang tidak sedap didengar selalu menerpa SMA 1 Sleman, mulai dari kriminalitas, sekolah angker, sekolah tak aman, hingga blacklist SMA 1 Sleman. Namun, meskipun bagian eksternal sudah hampir menenggelamkan nama baik SMA 1 Sleman, lain dari bagian internal. Bagian internal SMA 1 Sleman justru menampakkan cahaya yang perlahan-lahan bersinar kembali.
Salah satu contohnya adalah, pada tanggal 18-20 Agustus 2016 di Lotte Avenue, Jakarta, siswa-siswi SMA 1 Sleman yang tergabung dalam Chrom Student Company berhasil menjuarai First Runner Up Student Company. Bahkan salah satu siswi SMA 1 Sleman menjadi Paskibraka Nasional pada HUT RI ke-71 pada tanggal 17 Agustus 2016 silam dan SMA 1 Sleman sudah ditunjuk menjadi sekolah rujukan Sleman. Tentu saja masih banyak lagi prestasi yang semakin diukir siswa SMA 1 Sleman dan ini merupakan motivasi dan usaha baik untuk mencerahkan kembali matahari SMA 1 Sleman yang mulai meredup.

B. Rumusan Masalah

1.      Apakah aspek-aspek yang dipertimbangkan sehingga masyarakat menjuluki SMA 1 Sleman di blacklist UGM, apakah ada orang tertentu yang sengaja menghancurkan nama baik SMA 1 Sleman ?
2.      Secara kasar, apakah tanggapan pemerintah tentang isu yang cukup mumpuni tersebut ?
3.      Mengapa masyarakat Sleman lebih memilih sekolah kota dibanding Sleman ?
4.      Mengapa masyarakat kini mengganggap SMA 1 Depok dan SMA 1 Kalasan dipandang lebih maju dibanding SMA 1 Sleman ?

C. Tujuan

Tujuan dari penelitian kami adalah untuk mengetahui asal usul dari isu blacklist ini, kemudian siapa yang menyebarluaskannya dan melalui media apa. Apakah mereka hanya percaya dengan isu-isu tanpa memperhatikan kenyataannya dan kami ingin menggali bagaimana cara mengembalikan nama baik setelah dicemarkan. Lalu apa saja usaha-usaha yang sudah dilakukan oleh seluruh warga sekolah dalam mengatasi hal ini serta yang paling harus diteliti adalah semakin banyaknya prestasi yang diluncurkan oleh siswa-siswi SMA 1 Sleman, justru masih belum bisa mengembalikan minat masyarakat seperti dulu lagi.

D. Dampak Bagi Masyarakat

Berawal dari tindak kriminalitas, pembunuhan yang dilakukan oleh enam belas siswa SMA N 1 Sleman maka munculnya desas-desus bahwa sekolah di blacklist oleh perguruan tinggi yang cukup terkenal yaitu  UGM.
Masyarakat menjadi kurang berminat dalam mempercayakan mitra ke SMA 1 Sleman dapat dilihat dari semakin menurunnya Nilai UN yang masuk ke SMA 1 Sleman. Salah satu peristiwa yang sedikit mengecewakan adalah pada saat rapat forum siswa kelas 9 di SMP 1 Sleman, ketika itu para siswa ditanyakan,
“Siapa saja yang berminat melanjutkan sekolah ke SMA 1 Sleman ?” Jawabannya cukup mengejutkan yaitu hanya ada satu orang anak yang berminat, sedangkan yang lainnya tidak berminat dengan SMA 1 Sleman.
Usut di usut ternyata alasannya selalu sama, SMA 1 Sleman di blacklist UGM. Tidak usah jauh-jauh, bahkan sebagian besar siswa yang mendaftar di SMA 1 Sleman dan mereka yang sudah diterima masih saja membahas sekolah pertama berdasarkan keinginan mereka. Salah satu contohnya ketika hari pertama masuk tahun pelajaran 2016/2017 bagi siswa baru, salah satu ruangan ditanya,
“Dulu siapa di ruangan ini yang ikut Try Out SMA 1 Sleman, Forest?”
Dari pertanyaan tersebut, yang mendaftar dan mengikuti Try Out SMAN 1 Sleman, Forest hanya satu anak. Sedangkan mayoritas mereka mengaku mengikuti Try Out SMAN 6 Jogja “Top Up” dan Try Out SMAN 1 Jogja (TUC). Jadi, dampak bagi masyarakat adalah menurunya nilai kepercayaan masyarakat terhadap SMA 1 Sleman.











Isu SMA 1 Sleman di blacklist UGM berawal dari kejadian 10 Oktober 2014 terdapat enam belas siswa SMA 1 Sleman yang melakukan tindak kriminalitas dan berita tersebut tidak hanya menyebar di daerah Sleman, namun sampai ke nasional. Dari peristiwa tersebut, masyarakat mempunyai image bahwa SMA 1 Sleman dapat di blacklist oleh perguruan tinggi.
Kemudian isu blacklist tersebut semakin berkembang, bahwa pada saat SNMPTN, siswa SMA 1 Sleman tak seorangpun yang diterima di UGM. Namun, jika masyarakat tahu bahwa pada saat itu hampir se-Sleman hanya satu anak yang diterima di UGM fakultas peternakan yaitu anak dari SMA 1 Kalasan.
Tapi karena tidak seorangpun siswa SMA 1 Sleman yang diterima di UGM, maka masyarakat menyimpulkannya SMA 1 Sleman di blacklist UGM, padahal hal itu tidak benar. Isu tersebut tidak berasal dari orang tertentu yang berusaha untuk mencemarkan nama baik SMA 1 Sleman, namun isu tersebut asli berasal dari mulut ke mulut masyarakat yang berkembang, kemudian isu tersebut sangat mengakar di masyarakat menyebabkan minat masyarakat terhadap SMA 1 Sleman menurun dan nilai-nilai UN yang mendaftar di SMA 1 Sleman pun menurun.
Tidak hanya diam saja, namun sekolah sudah berusaha melakukan berbagai upaya untuk mengurangi dan menghilangkan isu tersebut, diantaranya :
1.      Pihak sekolah sudah mengundang narasumber dari UGM dan UNY, langsung dari panitianya dan tidak hanya dari panitianya, sekolah juga mengundang orang tua dan anak pada saat mengadakan sosialiasi UN.
2.      Panitia UGM dan UNY menerangkan bahwa tak ada blacklist SMA 1 Sleman dimanapun.
Namun, image blacklist tersebut masih ada. Ada sedikit peristiwa, yaitu salah satu orang tua murid SMP 1 Sleman ke SMA 1 Sleman menanyakan “Apakah SMA 1 Sleman betul di blacklist UGM?”

Kemudian orang tua murid tersebut datang ke SMA 1 Sleman karena di minta oleh SMP 1 Sleman untuk meyakinkan bahwa SMA 1 Sleman tidak di blacklist. Hal ini ditanyakan karena pada saat perkumpulan orang tua di SMP 1 Sleman, dari narasumber ditanyakan, “Siapa yang berminat di SMA 1 Sleman?” ternyata yang berminat di SMA 1 Sleman hanya satu anak. Kemudian hal ini dibahas di forum SMP 1 Sleman, ternyata isu blacklist masih ada di masyarakat.
Namun, sekolah membuktikan bahwa ada 21 anak masuk UGM. Meskipun SNMPTN hanya satu anak, hal ini dikarenakan kepercayaan UGM ke SMA 1 Sleman masih tipis. Hal ini membuktikan bahwa kita tidak di blacklist, bahkan dari ke enam belas anak yang melakukan tindak kriminalitas tersebut ada yang diterima di UGM, UNSUT, UNDIP. Padahal anak yang diterima di universitas ternama di Indonesia tersebut adalah anak-anak yang melakukan tindak kriminalitas, namun mereka tetap diterima oleh universitas ternama.
Meskipun isu tersebut beredar di masyarakat, namun pemerintah tetap mempercayakan SMA 1 Sleman. Jika kita mengikuti kompetisi atau perlombaan kita selalu menjadi juara. Hal itu membuktikan bahwa kepercayaan pemerintah masih ada untuk SMA 1 Sleman. Agar kepercayaan tersebut tidak hilang, pihak sekolah membuat kebijakan untuk lebih mengintesifkan kegiatan-kegiatan siswa seperti OSN, O2SN, KIR, dan SC (Student Company). Semua hal itu dilakukan untuk menekankan bahwa SMA 1 Sleman tidak di blacklist.
Jika dilihat dari segi SNMPTN, profil siswa SMA 1 Sleman dimata perguruan tinggi seperti UGM, posisi SMA 1 Sleman berada di grade berapa dapat mempengaruhi. Grade SMA 1 Sleman masih tipis, sehingga sedikitnya siswa SMA 1 Sleman yang berhasil lolos ke UGM bukan karena blacklist, tetapi karena grade SMA 1 Sleman masih rendah.
Tidak dapat menutup fakta, bahwa SMA 1 Sleman berbeda dengan SMA 1, SMA 3, dan  SMA 8 Yogyakarta. SMA kota tersebut sudah memiliki grade yang tinggi di mata UGM. Dapat dimengerti apakah alasan peminatan siswa lebih ke SMA kota dibanding SMA kabupaten karena masyarakat melihat grade untuk diterima di perguruan tinggi. Sebuah sekolah dinyatakan bagus apabila memiliki nilai UN yang tinggi kemudian dilihat dari outputnya banyak diterima di PTN yang diinginkan.
Seperti SMA 1, SMA 3, dan SMA 8 peluang untuk diterima di UGM lebih banyak daripada SMA di Sleman. Sehingga tidak heran, banyak siswa lulusan SMP Sleman berlomba-lomba untuk melanjutkan sekolah ke SMA Kota Jogja. Padahal kita tahu, bahwa untuk masuk perguruan tinggi melalui SNMPTN grade sekolah dinilai, namun yang namanya SBMPTN, grade sekolah tak dihitung, bahkan tidak dipedulikan dari SMA manapun, semua bisa masuk. Namun, yang dilihat dari SBMPTN adalah kualitas individu masing-masing.
Kemudian, pendapat tentang SMA 1 Depok dan SMA 1 Kalasan justru sekarang berada di atas SMA 1 Sleman dikarenakan masalah yang sangat kompleks karena masalah kompleks tersebut seharusnya yang mengevaluasi dari pihak sekolah. Evaluasinya adalah dari gurunya. Di dalam suatu sekolah terdapat input dan output. Output tergantung pada pengolahanya, evaluasi sekolah adalah di pengolahan tersebut. Evaluasi ini adalah tugas sekolah.
Tak dapat dipungkiri terkadang ada sekolah yang inputnya bagus, tetapi outputnya kurang bagus, dan semua itu tergantung pada pengolahannya.
Jadi, yang namanya isu blacklist SMA 1 Sleman sudah mengakar di masyarakat, sampai-sampai pada PPDB tahun 2016 rata-rata nilai yang masuk di SMA 1 Sleman hampir sama dengan rata-rata yang masuk ke SMA 1 Pakem dan SMA 1 Mlati. Padahal kita semua tahu, antara 1 Sleman, 1 Pakem, dan 1 Mlati adalah sekolah yang sangat berbeda jauh mutunya.
Jika kita perhatikan lebih lanjut, siswa yang melakukan tindak kriminalitas tersebut tetap dapat diterima di perguruan tinggi bonafit seperti UGM dan UNDIP, apalagi mereka, siswa-siswi yang tidak melakukan tindak kriminalitas tersebut.
Pelajaran untuk siswa-siswi SMA 1 Sleman, sejak kelas 10 sudah harus menyiapkan SNMPTN dan SBMPTN, siswa-siswi jangan resah dan pesimis. Kita harus ingat bahwa prinsip SBMPTN adalah tergantung individunya. Sebagai contohnya dari SMA 1 Sleman ada yang berkuliah di UGM fakultas kedokteran ada dua orang. Namun, untuk SNMPTN tak dapat dipungkiri bahwa lulusan SMA 1 Sleman lebih dipercaya dan memiliki grade yang tinggi dimata UNY.
Salah satu julukan untuk SMA 1 Sleman sekarang adalah Sekolah Rujukan dan Sekolah Model. Di Sleman, SMA 1 Sleman dipercayakan untuk menjadi contoh bagi sekolah lainnya dan hal ini merupakan salah satu bukti kepercayaan dinas untuk SMA 1 Sleman. Oleh karena itu, sekolah kita sering mendapat bantuan dari pemerintah dan implementasi kurikulum 2013. Kepercayaan yang diberikan kepada SMA 1 Sleman inilah salah satu hal yang dapat meredakan isu blacklist tersebut.
Kembali lagi ke topik utama, alasan dari ke enam belas siswa tersebut dengan mudahnya melakukan tindak kriminalitas adalah prinsip mereka yang kurang kuat, dan ini berasal dari pergaulan. Bahkan enam belas siswa yang melakukan tindak kriminalitas tersebut adalah siswa yang tak terduga, mereka mencapai berbagai kejuaraan, dari enam belas siswa tersebut, yang tidak begitu menonjolkan prestasi hanya 3 anak, sedangkan tiga belas anak lainnya mendapatkan berbagai kejuaraan dan perlombaan.
Pergaulan tersebut sama sekali tidak ada hubungan dengan sekolah lain, mereka asli murid SMA 1 Sleman. Jadi, yang menyebabkan ke enam belas anak tersebut melakukan hal yang tak terduga, disebabkan :
1.      Prinsip yang kurang kuat
2.      Pergaulan
3.      Sekedar ikut-ikutan
4.      Kesadaran individu lemah
5.      Kurang bisanya pelaku dalam mengatur diri sendiri






BAB III

METODE

Metode yang dilakukan dalam laporan ini dengan menggunakan metode wawancara dan sebagian lainnya berasal dari internet. Namun, keabsahan data-data yang diambil dari internet bukanlah data yang sembarangan, tetapi kami mengambilnya dari situs resmi SMA 1 Sleman dan sebelumnya sudah kami verifikasikan kepada guru di SMA 1 Sleman.
Kami memilih metode wawancara karena dinilai lebih efektif. Sebuah laporan akan terasa memiliki bumbu apabila benar-benar berasal dari narasumber yang betul-betul mengetahui dan memahami peristiwa tersebut. Sedangkan alasan kami mencari sebagian data dan informasi di internet adalah untuk memperkuat data yang kami dapatkan dari narasumber langsung. Selain itu, dengan mencocokoan data antara narasumber dan internet dapat membuktikan apakah situs internet tersebut sudah benar apa belum. Jika situs internet tersebut belum bahkan tidak benar, maka kami bisa melaporkan kepada pihak sekolah bahwa ada situs internet yang memberikan informasi salah tentang SMA 1 Sleman.
Namun, kelompok kami sudah membuktikannya antara narasumber dan internet sesuai, jadi hal ini juga dapat membuktikan bahwa tak ada kelompok atau golongan tertentu yang berusaha untuk mencemarkan nama baik SMA 1 Sleman. Tetapi, semua itu benar-benar berasal dari masyarakat yang salah paham dengan pengertian tersebut.










Simpulan :
1.      SMA N 1 Sleman tidak di blacklist oleh perguruan tinggi manapun, dibuktikan oleh banyaknya siswa SMA 1 Sleman yang berhasil diterima di peguruan tinggi ternama, seperti UGM, UNDIP, UIN, UNY dan lain sebagainya.
2.      Pemerintah masih mempercayakan SMA 1 Sleman dan isu tersebut tidak ditelan mentah-mentah oleh pemerintah, namun dicerna dulu dan ternyata isu tersebut hanya isu murahan yang terombang-ambing di masyarakat.
3.      Masyarakat Sleman lebih memilih SMA kota dibanding SMA Sleman karena SMA kota lebih dipandang mampu dan memiliki grade lebih tinggi di mata UGM.
4.      Meningkatnya minat masyarakat di SMA 1 Depok dan SMA 1 Kalasan dikarenakan output dan input mereka semakin hari semakin baik.
Saran :
Sebagai siswa-siswi SMA 1 Sleman dalam menyadari dan menyikapi isu ini dengan mempersiapkan diri sedini mungkin dalam mempersiapkan diri menuju SNMPTN dan SBMPTN agar dapat diterima di perguruan tinggi yang diinginkan.
Isu ini jangan membuat siswa-siswi menjadi pesimis dan merasa rendah diri karena setiap peristiwa tergantung dari niat dan kepribadian diri sendiri. Meskipun, grade sekolah kita masih dipandang kurang tinggi oleh UGM namun kita harus berusaha, tidak ada yang tak mungkin.
Tugas seluruh warga sekolah pada dasarnya adalah menggunakan cara yang baik dan menarik agar minat masyarakat terhadap SMA 1 Sleman kembali seperti sedia kala, salah satu contohnya bagi siswa adalah,
1.      Berusaha untuk lebih berprestasi dalam bidang masing-masing sesuai dengan yang diminati
2.      Berusaha mempersiapkan diri sedini mungkin dalam SNMPTN dan SBMPTN
Tugas untuk guru adalah memperbaiki dan lebih meningkatkan input dan output sekolah agar SMA 1 Sleman dapat bersaing kembali dengan SMA lainnya di Sleman.







DAFTAR PUSTAKA

            https://www.instagram.com/p/BJQD932g3sv/

Komentar

Postingan Populer